Film Romantis Yang Realistis

Film Romantis Yang Realistis – Sering kita mendengar bahwa kisah cinta sempurna hanya milik sinema. Untuk saat ini, kami menjauh dari pernyataan macam itu. Film juga mempunyai kemungkinan untuk menghadirkan kenyataan tanpa dilebih-lebihkan. Mungkin, film yang lebay juga mempengaruhi pola asmara anak muda zaman sekarang yang cenderung penuh dengan drama dan juga berlebihan, bahkan lebih imajinatif dari film yang paling lebay. Oleh sebab itu, berikut ini adalah daftar film cinta ini demi sebuah cita-cita untuk memperlihatkan bahwa kadang-kadang film justru lebih realistis dari kisah cinta kita semua.

1. Eternal Sunshine of The Spotless Mind (2004)

Joel Barish (Jim Carey) bangun pagi dengan semangat seadanya. Dia harus berangkat kerja tetapi entah mengapa mobilnya berhenti di stasiun. Dia lebih memilih untuk membeli tiket kereta menuju Pantai Montauk. Dalam perjalanan pulang, dia bertemu Clementine Krucyznski yang adalah seorang gadis berambut merah. Perbincangan terjadi dan mereka pulang ke rumah sama-sama.

Film Romantis Yang Realistis

Michael Gondry terbukti sukses dalam merangkai kisah cinta yang melibatkan memori. Joel Barish dan Celementine Krucyznski ialah dua sejoli yang menggunakan jasa penghapus memori yang bernama Lanuca Inc. untuk mengakhiri asmara. Akan tetapi mereka berdua justru dipertemukan kembali di atas kereta. Film ini menunjukkan betapa besarnya usaha kamu untuk menghapus kenangan, dia akan tetap tinggal. Sebuah roman yang dibangun dengan alur mundur, mengajakmu untuk berpikir ke belakang mengenai seninya membangun hubungan. Jangan sesekali meremehan memori sebab dia sejatinya abadi. premium303

2. About Time (2013)

Tim Lake (Domhnall Gleeson) pemuda yang berusia 21 tahun menyadari dirinya bisa melakukan perjalanan menembus batas waktu saat pesta malam tahun baru. Esok paginya dia diberitahu ayahnya. Sejak pada saat itu, dia merasa bisa mengubah sejarah kehidupan. Segala hal yang salah selalu diulangnya. Apalagi mengenai cinta. Bahkan pada saat bertemu dengan Mary (Rachel McAdams), perempuan yang kemudian dinikahinya.

Richard Curtis membawa butterfly effect pada peristiwa percintaan yang otentik. Hampir sama dengan Eternal Sunshine of The Spotless Mind, About Time mengajak kita untuk menghayati kembali rasa syukur akan cinta yang dijalani sehari-hari. Mengubah sejarah ialah ketidakmungkinan, sebab pada saat kita mengubah satu peristiwa maka peristiwa lain akan ikut berganti. Film ini tak membual mengenai cinta yang abadi dan segala macamnya, hanya mengingatkan pada kita bahwa setiap kisah ialah satu titik original yang tak bisa dibandingkan apalagi diubah begitu saja.

3. Cin(t)a (2009)

Kita sudah kerap mendengar kisah dengan cinta beda agama. Film ini mengambil perkara yang lebih pelik untuk tata krama yang ada di Indonesia. Cin(t)a ialah cerita tentang kisah cinta beda ras Cina (Sunny Soon) dan juga Annisa (Saira Jihan) bertemu di Jurusan Arsitektur ITB. Cina membantu Tugas Akhir Annisa dengan membuat maket. Sungguh, film Cin(t)a ini mengajakmu untuk menebak-nebak bentuk cinta mereka berdua. Walaupun akhir dari segalanya berisi ketidakmungkinan yang sulit dijinakkan. Akan tetapi mereka berdua tetap mempunyai kekuatan untuk membangun pertanyaan-pertanyaan mendasar soal Tuhan, Manusia, dan Cinta.

Ialah Sammaria Simajuntak yang merangkai kisah tersebut menjadi sebuah pelatuk untuk menyadarkan bangsa ini bahwa kisah asmara dengan beda agama dan beda ras, taklah lagi tabu untuk dibicarakan. Ini bukan kisah cinta biasa, bersama film ini, kita diajak untuk mempertanyakan kembali : “Bukankah Cinta ialah Anugerah Tuhan Yang Paling Mewah? Mengapa dilarang-larang hanya karena perbedaan? Melarangnya sama dengan menafikkan Anugerah Tuhan Paling Mewah..

4. 3 Hari Untuk Selamanya (2007)

Cinta ialah sebuah perjalanan. Begitulah Riri Riza menggambarkannya di dalam 3 Hari Untuk Selamanya. Perjalanan Ambar (Adinia Wirasti) dan Yusuf (Nicholas Saputra) dari Jakarta ke Jogja penuh dengan berbagai macam kejadian yang menuntut untuk disikapi, diputuskan, dan juga untuk dimaknai. Begitulah juga perjalanan cinta dari setiap manusia. Ada banyak hal yang akan dijumpai dalam perjalanan entah itu menuju ke mana. Kita tak dapat menuntut untuk tak mengalaminya jika sudah berkomitmen untuk menjalani cinta. Satu hal yang membuat menarik ialah film ini bisa menyajikan kisah cinta yang dalam akan tetapi tak berlebihan. Secukupnya. Sewajarnya. Persis seperti seharusnya kita menjalani cinta.

5. You Are The Apple of My Eye (2011)

Giddens Ko memulai debutnya sebagai sutradara melalui film ini. Dibintangi oleh  Ko-Chen-Tung dan juga Michelle Chen, film dari Tiongkok ini berhasil merebut perhatian publik sinema Internasional. Ceritanya sungguh sederhana : Cinta SMA. Kita semua mengalaminya, cinta seperti ini selalu membuat semangat dalam menjalani hari-hari di sekolah. Pun cerita ini menggambarkan tentang kisah cinta yang demikian sederhana dan cenderung biasa saja. Seorang lelaki nakal mencintai perempuan cantik nan cerdas. Ko-Ching-Teng (Ko-Chen-Tung) dibantu oleh Shen Chia-yi (Michelle Chen) untuk mengerjakan tugas. Akan tetapi Shen Chia-yi yang rajin sempat kena hukum karena ikut nakal dengan Ko-Ching-Teng. Seperti itulah cinta, kita akan saling mempengaruhi dan juga akan begitu sampai nanti entah kamu mengalaminya pada usia remaja atau saat sudah dewasa.

6. One Day (2011)

Emma (Anna Hathaway) dan juga Dexter (Jim Sturgess) bertemu secara tak sengaja setelah pesta dansa perpisahan di akhir masa kuliah. Emma malu-malu ingin mengajak bercinta dengan Dexter, akan tetapi gagal. Mereka melewatkan malam begitu aja. Keesokan paginya, mereka jalan-jalan sambil berbincang mengenai hal remeh temeh. Setelah itu berpisah untuk yang sebenarnya. Akan tetapi, Dexter dan Emma justru menjadi sahabat sejati. Dexter menjadi Artis dan Emma bekerja sebagai tenaga serabutan. Mereka berbeda kota, sesekali bertemu atau travelling bersama walaupun mereka sudah sama-sama menikah. Akan tetapi, cinta sejati tidak akan mengkhianati, akhirnya merekapun bercerai dengan pasangan masing-masing dan menikah. Sayang, akhir dari segalanya ialah duka.

7. What They Don’t Talk When They Talk About Love (2013)

Mouly Surya sungguh apik membahasakan yang tidak terbahasakan dalam peristiwa asmara. Dia seakan akan ingin berkata bahwa kita sungguh kurang peka dalam membicarakan setiap kekurangan yang ada dalam kisah cinta. Kerap kita berkata bahwa kekurangan haruslah dimaklumi dan juga disyukuri. Film ini tak hanya berbicara sebatas itu.

Kekurangan dalam cinta senyatanya harus dimaknai sebagai sebuah berkah bahwa kita masih dapat saling melengkapi. Tunanetra yang berkasih-kasihan dengan Tuna Rungu dan Seorang wanita yang tak dapat melihat dengan normal namun ingin menjadi penari balet profesional. Kondisi demikian kerap memaksa kita berkata “andaikan….” Begitulah manusia : Sulit Bersyukur.

8. Before Sunrise (1995)

Richard Linklater ialah sutradara paling ambisius lewat trilogi Before-nya yang menantang nalar. Lagi-lagi, kisah cinta yang wajar saja akan tetapi mengejutkan. Celine (Julie Delpy) dan juga Jesse (Ethan Hawke) bertemu di kereta api. Celine akan ke Paris dan Jesse menuju Vienna. Pada saat kereta tiba di Vienna, Jesse mengajak Celine turut serta. Mereka berduapun jalan keliling kota sambil memperbincangkan banyak hal. Di sinilah menantangnya, dialog panjang dan gambar yang itu-itu saja akan membuat kamu mengalami kebosanan. Akan tetapi jika kamu bertahan, maka essensi cinta akan kamu dapatkan, yakni percakapan. Tak muluk-muluk dan penuh drama. Komunikasi dan juga percakapan yang menyenangkan ialah satu langkah menuju peristiwa cinta yang menghangatkan.

Film Romantis Yang Realistis 1

9. 500 Days of Summer (2009)

Marc Webb berusaha menyajikan sebuah kisah cinta yang sepertinya mengerikan lewat peran Summer Finn (Zooey Deschanel). Dia bertemu dengan Tom Hansen (Joseph Gordon-Levitt) pada sebuah rapat. Pada saat itu Tom Hansen yakin betul bahwa Summer Finn akan menjadi kekasihnya. Akan tetapi sayang beribu cinta, Summer hanya menganggap Tom ialah teman biasa. Itulah yang membuat Tom luluh lantak. Kisah cinta ini memang kerap kita jumpai di kenyataan. Akan tetapi yang menjadikan film ini begitu spesial ialah cara penyampaian dari sang sutradara mengenai penerimaan dan cinta yang seharusnya tak berlebihan. Menontonnya bisa membesarkan hatimu juga mengakui bahwa tak semua kisah cinta berujung romansa.

10. Cinema Paradiso (1990)

Jangan mengaku pecinta film kalau belum pernah menikmati Cinema Paradiso. Ini ialah salah satu film romantis yang paling brilliant sepanjang masa. Giuseppe Tornatore memang sutradara cerdas yang paham betul bagaimana meramu kenangan, cinta, dan juga impian. Salvatore ialah anak kecil yang tergila-gila dengan film. Dia selalu mengunjungi satu-satunya bioskop yang ada di kotanya, Giancaldo. Alfredo yang adalah petugas pemutar film di bioskop itu selalu mengajari salvatore (Toto) mengenai film dan hal-hal di sekelilingnya dengan penuh cinta dan marah, khas orang tua sampai Toto menjai sutradara terkenal.

Hingga pada suatu hari, ada telpon dari ibunda Toto yang mengabarkan bahwa ada orang bernama Alfredo meninggal di Giancaldo. Romantis, sedih, bimbang, dan tangguh ialah beberapa kata sifat yang dapat menggambarkan film ini. Betapa romantisme masa lampau akan sangat menyentuh ketika kamu sadar bahwa kesuksesanmu saat ini ialah perjalanan milik banyak orang.

Nah, kalau kamu masih lebay dalam menjalani cinta, ada baiknya saksikanlah film-film tersebut. Jika memang sudah pernah nonton, tapi masih lebay, maka mungkin kamu perlu nonton film itu lagi untuk yang ke sekian kali. Satu yang penting ialah pilih tontonan yang membuat hidupmu makin berkualitas.